Sepucuk Surat Dari Mama
Pagi ini terasa berbeda sekali dengan pagi-pagi pada
hari-hari sebelumnya. Kicauan burungpun tidak terdengar seolah hilang tanpa
bekas. Langit yang cerah dengan awan yang berarakan seketika berubah mendung
dan agak pekat. Pohon jambu di depan rumah terasa kering seiring dengn jatuhnya
helaian daun yang rapuh. Menandakan usia yang renta dari kerapuhan yang mulai
menjalar.
Aku melangkahkan kaki melewati pintu kontrakan yang penuh
dengan coretan-coretan tak bertuan. Coretan yang berisi curahan hati para
penghuni kontrakan sebelum aku. Kontrakan ini memang sederhana, hanya ada satu
kamar tidur, dapur, ruang tamu, dan kamar mandi. Kesederhanaan inilah yang
membuatku betah tinggal di tempat ini. Aku tinggal di sini sejak dua tahun yang
lalu. Ketika aku mulai menapakkan kaki pertama kali di ibu kota. Memulai
pekerjaanku sebagai karyawan salah satu butik terkenal di Jakarta. Kehidupan di
ibu kota memang tidakmudah, dari hasil pekerjaanku hanya tempat ini yang mampu
ku dapatkan.
Dengan segelas teh hangat yang manis aku duduk di kursi
kayu di teras depan kontrakan. Sebungkus biskuit menemani santap pagiku hari
ini. Bayangan akan kampung halaman selalu muncul di dalam benakku. Tempat
dimana aku dilahirkan, dididik, dan diasuh oleh mama yang sayang dan baik
kepadaku. Tempat yang penuh dengan keindahan yang tidak dapat aku rasakan di
Jakarta.
Kuambil satu biskuit dan kumakan bersama teh yang ada di
tanganku. Sampai akhirnya setengah bungkus biskuit telah masuk ke dalam tubuhku
sebagai tenaga tambahan sebelum aku beraktifitas. Dalam nikmatnya sarapan
pagiku, perhatianku tertuju kepada motor berwarna orange yang berhenti di depan
pagar kontrakanku. Seorang tukang pos yang sudah tidak muda lagi turun dari
motornya dengan membawa tumpukan surat yang harus diantarkannya. Dengan
senyuman dia masuk ke dalam pagar kontrakanku dan menghampiriku. Pak pos itupun
mengambil satu buah surat dari tumpukan surat yang dibawanya dan memberikannya
padaku.
Setelah memberikan surat itu kepadaku, dia segera
berpamitan pergi untuk kembali menjalankan tugasnya mengantarkan surat-surat
yang dipercayakan kepadanya. Dengan penasaran aku masuk ke dalam rumah.
Meletakkan teh dan biskuitku, aku duduk di sofa ruang tamu. Segera ku buka
amplop warna cokelat yang baru saja ku terima. Ternyata isinya adalah sepucuk
surat dari mama. Sungguh sesuatu yang sangat aku nanti-nantikan selama dua
tahun ini. Sebuah surat yang sangat berarti bagiku. Dengan hati bahagia ku baca
isi surat dari mama.
Untuk
anakku tersayang
Assalamualaikum.
Apa kabar anakku. Semoga keadanmu baik-baik saja serta selalu dalam lindungan
dan rahmat Allah SWT. Anakku, sudah dua tahun sejak kepergianmu dari rumah
untuk mengadu nasib di Ibu kota. Rasanya sudah lama sekali mama tidak bertemu
denganmu. Rasa rindu yang mama pendam sudah tidak bisa lagi mama simpan. Apakah
kamu di sana sehat nak ? Apakah kamu betah ? Apakah kamu mendapat tempat
tinggal yang layak ?. banyak sekali pertanyaan yang ingin mama tanyakan
kepadamu.
Nak,
selama dua tahun ini mama sangat khawatir dengan keadaanmu. Setiap malam mama
selalu berdo’a agar kamu senantiasa diberi kesehatan dan perlindungan dari
Allah SWT. Lama sudah waktu dan hari-hari yang mama lalui tanpa kehadiranmu.
Sekarang rumah sangat sepi. Tidak ada lagi tawa riang yang mama dengar setiap
pagi. Tidak ada lagi anak manis yang menyiapkan makan malam untuk mama. Tidak
ada lagi teman setia untuk mama jadikan tempat berbagi suka dan duka. Semuanya
telah berubah semenjak kepergianmu.
Satu
hal yang perlu kamu tahu. Akhir-akhir ini papamu sakit karena memikirkan
keadaanmu juga nak. Setiap kali tidur dia selalu menyebut namamu. Dia juga
selalu menghabiskan waktu hanya untuk memandangi foto wajahmu. Mama jadi
khawatir dengan kesehatan papamu. Mama takut jika terjadi hal yang tidak mama
inginkan. Nak, kapan kau akan pulang ?. Kami semua merindukanmu. Cepatlah
pulang nak. Mama ingin sekali bisa memeluk dan menciummu seperti dulu lagi.
Kalau
kamu terlalu sibuk dan tidak bisa pulang. Selesaikanlah urusanmu, baru setelah
itu pulanglah. Kerinduan mama sudah terlalu dalam. Apakah kamu tidak merindukan
mama ?. Pulanglah nak. Mama akan selalu menunggu kepulanganmu meskipun entah
sampai kapan.
Hanya
ini yang dapat mama sampaikan nak. Balaslah surat mama jika kamu sempat.
Balasan suratmu sangat berarti bagi mama. Mama hanya bisa mendo’akan semoga
kamu sukses dengan pekerjaanmu. Pesan mama jangan lupa sholat dan jagalah
kesehatan. Jangan sampai kamu sakit dan tidak ada yang mengurus. Sampai bertemu
di rumah nak. Wasalamualaikum.
Salam sayang
Mama
Air
mataku tidak dapat ku bendung lagi saat aku membaca surat dari mama. Sungguh
menyesal aku meninggalkan mereka yang di rumah. Ingin rasanya aku berlari
pulang dan memeluk erat mamaku. Sungguh suatu hal yang sangat berharga bisa
mendapatkan sepucuk surat dari mama. Sosok yang selalu mencintaiku meski tidak
dapat ku tatap wajahnya. Sosok yang selalu mendo’akanku meski berada jauh dari
pandangan. Mama, betapa aku juga sangat merindukanmu. Tanpamu aku bukanlah
apa-apa. Pengorbananmu sungguh berarti dan tidak dapat tergantikan dengan
perhiasan apapun di dunia ini. Kasih sayangmu sungguh dalam dan tulus. Sungguh
beruntung aku memiliki mama sepertimu. I LOVE YOU MAMA.
Oleh : Deni Prasetya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar