Jumat, 22 Maret 2013

CERPEN Q (SEPUCUK SURAT DARI MAMA)


Sepucuk Surat Dari Mama
            Pagi ini terasa berbeda sekali dengan pagi-pagi pada hari-hari sebelumnya. Kicauan burungpun tidak terdengar seolah hilang tanpa bekas. Langit yang cerah dengan awan yang berarakan seketika berubah mendung dan agak pekat. Pohon jambu di depan rumah terasa kering seiring dengn jatuhnya helaian daun yang rapuh. Menandakan usia yang renta dari kerapuhan yang mulai menjalar.
            Aku melangkahkan kaki melewati pintu kontrakan yang penuh dengan coretan-coretan tak bertuan. Coretan yang berisi curahan hati para penghuni kontrakan sebelum aku. Kontrakan ini memang sederhana, hanya ada satu kamar tidur, dapur, ruang tamu, dan kamar mandi. Kesederhanaan inilah yang membuatku betah tinggal di tempat ini. Aku tinggal di sini sejak dua tahun yang lalu. Ketika aku mulai menapakkan kaki pertama kali di ibu kota. Memulai pekerjaanku sebagai karyawan salah satu butik terkenal di Jakarta. Kehidupan di ibu kota memang tidakmudah, dari hasil pekerjaanku hanya tempat ini yang mampu ku dapatkan.
            Dengan segelas teh hangat yang manis aku duduk di kursi kayu di teras depan kontrakan. Sebungkus biskuit menemani santap pagiku hari ini. Bayangan akan kampung halaman selalu muncul di dalam benakku. Tempat dimana aku dilahirkan, dididik, dan diasuh oleh mama yang sayang dan baik kepadaku. Tempat yang penuh dengan keindahan yang tidak dapat aku rasakan di Jakarta.
            Kuambil satu biskuit dan kumakan bersama teh yang ada di tanganku. Sampai akhirnya setengah bungkus biskuit telah masuk ke dalam tubuhku sebagai tenaga tambahan sebelum aku beraktifitas. Dalam nikmatnya sarapan pagiku, perhatianku tertuju kepada motor berwarna orange yang berhenti di depan pagar kontrakanku. Seorang tukang pos yang sudah tidak muda lagi turun dari motornya dengan membawa tumpukan surat yang harus diantarkannya. Dengan senyuman dia masuk ke dalam pagar kontrakanku dan menghampiriku. Pak pos itupun mengambil satu buah surat dari tumpukan surat yang dibawanya dan memberikannya padaku.
            Setelah memberikan surat itu kepadaku, dia segera berpamitan pergi untuk kembali menjalankan tugasnya mengantarkan surat-surat yang dipercayakan kepadanya. Dengan penasaran aku masuk ke dalam rumah. Meletakkan teh dan biskuitku, aku duduk di sofa ruang tamu. Segera ku buka amplop warna cokelat yang baru saja ku terima. Ternyata isinya adalah sepucuk surat dari mama. Sungguh sesuatu yang sangat aku nanti-nantikan selama dua tahun ini. Sebuah surat yang sangat berarti bagiku. Dengan hati bahagia ku baca isi surat dari mama.
Untuk anakku tersayang
Assalamualaikum. Apa kabar anakku. Semoga keadanmu baik-baik saja serta selalu dalam lindungan dan rahmat Allah SWT. Anakku, sudah dua tahun sejak kepergianmu dari rumah untuk mengadu nasib di Ibu kota. Rasanya sudah lama sekali mama tidak bertemu denganmu. Rasa rindu yang mama pendam sudah tidak bisa lagi mama simpan. Apakah kamu di sana sehat nak ? Apakah kamu betah ? Apakah kamu mendapat tempat tinggal yang layak ?. banyak sekali pertanyaan yang ingin mama tanyakan kepadamu.
Nak, selama dua tahun ini mama sangat khawatir dengan keadaanmu. Setiap malam mama selalu berdo’a agar kamu senantiasa diberi kesehatan dan perlindungan dari Allah SWT. Lama sudah waktu dan hari-hari yang mama lalui tanpa kehadiranmu. Sekarang rumah sangat sepi. Tidak ada lagi tawa riang yang mama dengar setiap pagi. Tidak ada lagi anak manis yang menyiapkan makan malam untuk mama. Tidak ada lagi teman setia untuk mama jadikan tempat berbagi suka dan duka. Semuanya telah berubah semenjak kepergianmu.
Satu hal yang perlu kamu tahu. Akhir-akhir ini papamu sakit karena memikirkan keadaanmu juga nak. Setiap kali tidur dia selalu menyebut namamu. Dia juga selalu menghabiskan waktu hanya untuk memandangi foto wajahmu. Mama jadi khawatir dengan kesehatan papamu. Mama takut jika terjadi hal yang tidak mama inginkan. Nak, kapan kau akan pulang ?. Kami semua merindukanmu. Cepatlah pulang nak. Mama ingin sekali bisa memeluk dan menciummu seperti dulu lagi.
Kalau kamu terlalu sibuk dan tidak bisa pulang. Selesaikanlah urusanmu, baru setelah itu pulanglah. Kerinduan mama sudah terlalu dalam. Apakah kamu tidak merindukan mama ?. Pulanglah nak. Mama akan selalu menunggu kepulanganmu meskipun entah sampai kapan.
Hanya ini yang dapat mama sampaikan nak. Balaslah surat mama jika kamu sempat. Balasan suratmu sangat berarti bagi mama. Mama hanya bisa mendo’akan semoga kamu sukses dengan pekerjaanmu. Pesan mama jangan lupa sholat dan jagalah kesehatan. Jangan sampai kamu sakit dan tidak ada yang mengurus. Sampai bertemu di rumah nak. Wasalamualaikum.
                                                                             Salam sayang
                                                                                    Mama
Air mataku tidak dapat ku bendung lagi saat aku membaca surat dari mama. Sungguh menyesal aku meninggalkan mereka yang di rumah. Ingin rasanya aku berlari pulang dan memeluk erat mamaku. Sungguh suatu hal yang sangat berharga bisa mendapatkan sepucuk surat dari mama. Sosok yang selalu mencintaiku meski tidak dapat ku tatap wajahnya. Sosok yang selalu mendo’akanku meski berada jauh dari pandangan. Mama, betapa aku juga sangat merindukanmu. Tanpamu aku bukanlah apa-apa. Pengorbananmu sungguh berarti dan tidak dapat tergantikan dengan perhiasan apapun di dunia ini. Kasih sayangmu sungguh dalam dan tulus. Sungguh beruntung aku memiliki mama sepertimu. I LOVE YOU MAMA.
           
                                                                        Oleh : Deni Prasetya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar