Senin, 26 September 2011

UNSUR INTRINSIK NOVEL LAYAR TERKEMBANG

Judul Novel      :          Layar Terkembang
Pengarang         :          Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit             :          Balai Pustaka
Tahun Terbit     :          2000 (PS: Pertamakali terbit pada tahun 1936)
Tebal                :          166 halaman
1.      Unsur Intrinsik Novel
a.       Tema : Perjuangan wanita
b.      Latar / Setting
1.      Gedung akuarium di pasar ikan
2.      Rumah Wiriatmaja
3.      Martapura, Kalimantan Selatan
4.      Rumah Sakit Pacet
5.      Rumah Partadiharja
6.      Gedung permufakatan
c.       Alur : maju
d.      Sudut pandang : orang ketiga
e.       Penokohan :
1.      Maria : seseorang yang mudah kagum, mudah memuji, lincah, periang.
2.      Tuti : seseorang yang aktif dalam berbagai kagiatan wanita, selalu serius, jarang memuji, pandai, cakap dalam mengerjakan sesuatu.
3.      Yusuf : seseorang yang baik hati.
4.      Wiriaatmaja : seseorang yang memegang teguh agama, baik hati, penyayang.
5.      Partadiharja : seseorang yang baik hati, teguh pendirian, peduli dengan sesama.
6.      Saleh : seorang lulusan sarjana yang sangat peduli dengan alam sehingga mengabdikan diri sebagai petani dan tinggal di desa.
7.      Rukamah : seseorang yang baik hati, suka bercanda.
8.      Ratna : seorang petani yang pandai, baik hati.
9.      Juru rawat : seseorang yang baik hati.

2.      Biografi Pengarang
Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, 11 Februari 1908. Pendidikan : HIS ditempuh sejak 1915-1921. Tahun 1921-1925 Takdir menempuh Pendidikan Kweekschool Bukit Tinggi yang kemudian dilanjutkan ke Hogere Kweekschool di Bandung. Pada tahun 1937-1942 Takdir menjalani pendidikan di Rechtschogeschool di Jakarta. Pendidikan di Fakultas Sastra ditempuhnya tahun 1940-1942. Pada tahun 1979 Takdir mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia dan Pada tahun 1987 mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari Universiti Sains Malaysia

Karya-karyanya :         
Tak Putus Dirundung Malang, Dian yang Tak Kunjung Padam, Anak Perawan Disarang Penyamun, Grotta Azzura, Tebaran Mega, Lagu Pemacu Ombak, Perempuan di Persimpangan Zaman, dan Kebangkitan.       
Disamping karya-karya fiksi, Takdir juga menulis karya-karya non fiksi yang antara lain adalah Perjuangan Tanggungjawab dalam Kesustraan Indonesia, dan Amir Hamzah sebagai penyair dan Uraian Sajak Nyanyi Sunyi.

3.      Pengaruh Terhadap Diri Setelah Membaca Novel
            Novel Layar Terkembang memberikan arti penting dari sebuah perjuangan dan pengorbanan. Dalam mencapai apa yang kita cita-citakan, kita harus semangat dan tidak mudah menyerah dan pantang putus asa. Sesulit apapun itu kita harus tetap belajar dan bekerja keras.
            Selain itu, saya menjadi mengerti bahwa sebenarnya wanita juga mampu bersaing dan memiliki hak serta kedudukan yang sama dengan laki-laki. Dari situ kita bisa belajar untuk menghargai wanita dan tidak memandang rendah wanita, kita tidak boleh menjadikan wanita hanya sebagai budak yang bisa kita perintah sesuka hati. Kita harus memberi kesempatan kepada wanita untuk bersaing dan menunjukkan kemampuannya demi mencapai tujuan.
            Dalam menghadapi suatu masalah, kita harus tegar dan jangan mudah menyerah. Kita harus hadapi masalah tersebut dengan usaha, kesabaran, dan berserah diri kepada Tuhan. Kita tidak boleh pasrah dengan kehidupan karena kita yang menentukan kehidupan kita, bukan kehidupan yang menentukan kita. Dan untuk mencapai hal itu, kita harus mempunyai pendirian yang teguh serta semangat untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan.
            Novel ini juga memberikan sebuah arti dari kesetiaan, jika kita mencintai seseorang, kita harus bisa menerima dia apa adanya dan kita harus benar-benar memperjuangkannya. Selain itu, dari novel ini, saya belajar tentang sebuah pilihan. Dimana kita harus memiliki sebuah harapan atau cita-cita dan kita harus berani mengungkapkan apa yang kita cita-citakan itu. Kita juga harus berani dalam berkata tidak untuk sesuatu yang tidak kita sukai karena melakukan sesuatu tanpa ada rasa senang hanya akan membebani diri kita dan tidak akan menimbulkan kebahagiaan.
            Novel ini mengajarkan kepada saya untuk saling menghargai dan peduli terhadap sesama manusia dan terhadap alam. Juga mengajarkan tentang pentingnya pendidikan bagi kita. Karena untuk mencapai tujuan, kita harus memiliki ilmu pengetahuan agar tidak tertinggal dengan orang lain dan mampu bersaing di masyarakat. Dengan memiliki pengetahuan yang luas kita dapat memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

STRATEGI INKUIRI ( REMAJA DAN ROKOK )

STRATEGI INKUIRI
REMAJA DAN ROKOK

1.         Permasalahan
            Kebiasaan merokok pada remaja merupakan suatu pemandangan yang tidak asing lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja?
2.         Hipotesis
            Ada hubungan antara faktor lingkungan dan keinginan dari diri sendiri.
3.         Data
Ø      Remaja dan Rokok
§         Remaja adalah manusia berumur belasan tahun. Di masa remaja, manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
§         KBBI : merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas.
§         Armstrong : merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar.

Ø      Data dan fakta tentang rokok dan remaja
§         Indonesia adalah negara konsumen rokok ke-5 di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Jepang, dan Rusia
§         Badan proteksi lingkungan (EPA) AS : asap rokok mengandung 4000 senyawa kimia, 200 diantaranya beracun dan 53 diantaranya memicu kanker.
§         Secara global, konsumsi rokok membunuh 1 orang/10 detik.
§         Tahun 2007 : jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di indonesia menduduki peringkat pertama di Asia.
§         Tahun 2006 : indonesia mencetak rekor baru, yakni jumlah perokok remaja tertinggi di dunia.

Ø      Kandungan Rokok
Satu batang rokok yang di bakar, mengeluarkan 4000 bahan kimia. Menurut Dr.R.A. Nainggolan (1998), terdapat beberapa bahan kimia yang ada dalam rokok, diantaranya :

o       Acrolein
o       Carbon Monoxida
o       Nikotin
o       Ammonia
o       Formil Acid
o       Hydrogen Cyanide
o       Nitrous Oxide
o       Formaldehyde
o       Phenol
o       Acetol
o       Pyridine
o       Methanol


Ø      Tahapan merokok
a.       Tahap preparatory (tahap mendapat gambaran), yaitu tahap seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai rokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan.
b.      Tahap initiation (tahap perintisan merokok), yaitu tahap seseorang meneruskan untuk tetap mencoba-coba merokok.
c.       Tahap becoming smoker (tahap menjadi perokok), yaitu apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari.
d.      Tahap maintenance of smoking, yaitu apabila merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara penyatuan diri ( self regulating ). Dalam tahap ini, merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologi yang menyenangkan.


Ø       Persepsi salah mengenai rokok
a.       Merokok menambah penampilan (keren, modern, seksi).
b.      Lambang kejantanan.
c.       Kalau sedikit “nggak apa-apa”.
d.      Merokok tidak apa-apa, buktinya di iklankan secara luas di mana-mana.
e.       Membantu berpikir / imajinasi.
f.        Membuat pikiran tenang.
g.       Menghilangkan stress / masalah.


Ø      Perasaan remaja saat merokok dan setelah merokok

         Nikmat : 38,2%
         Puas : 15,9%
         Tenang : 12,7%
         Biasa saja : 11,7%
         Santai : 5,1%
         Hangat : 3,1%
         Pahit : 2,2%
         Percaya diri : 2,1%
         Gaya : 1,06%
         Masalah hilang : 1,06%
         Mengantuk : 1,06%
         Pusing : 5,2%



Ø      Faktor yang mempengaruhi remaja merokok
a.       Pengaruh orang tua.
            Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif (Nainggolan, 2000).
              Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004).
b.      Pengaruh teman.
              Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman sebayanya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya. Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus dapat menjalankan peran dan tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok agar dapat tetap bergabung menjadi anggota kelompok. Demikian pula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok, maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock, 1993).
             Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.
c.        Rasa keingintahuan                                                                                                                                                                                                                                                     Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari kebosanan.
d.      Pengaruh iklan
             Untuk menjaring konsumen yang lebih banyak, para produsen rokok mempunyai cara yang handal. Berbagai iklan baik dalam bentuk reklame, poster maupun iklan dalam media elektronik ditampilkan dengan maksud untuk merangsang para konsumen mencoba produk yang mereka iklankan.
              Berbagai istilah seperti low, light, mild pun digunakan produsen sehingga seolah-olah rokok itu aman dan jumlah kandungan zatnya lebih rendah. Akibatnya, para perokok merasa boleh merokok bahkan kemungkinan akan mengkonsumsi lebih banyak karena mereka menganggap rokok yang dikonsumsinya hanya mengandung sedikit zat.


Ø      Faktor lain :
a.       Kebutuhan pergaulan
b.      Kemudahan mendapatkan rokok
c.       Harga rokok relatif murah
d.      Uang saku
e.       Jauh dari keluarga

Ø      Dampak fisik rokok pada remaja dan pelajar
  • Resiko kanker paru-paru, serangan jantung, stroke, kanker mulut dan tenggorokan, dll.
  • Resiko infertilitas, impotensi, menopause dini.
  • Flek gigi dan bau mulut.

Ø       Dampak psikis rokok pada remaja dan pelajar
  • Gangguan berkonsentrasi dan belajar.
  • Ketergantungan
  • Krisis kepercayaan diri
  • Buruknya manajemen waktu dan keuangan
  • Membuka peluang kebiasaan buruk lainnya : jorok, egois, dll.

4.         Hasil analisis data
Ø      Fakta
         Indonesia negara ke-5 konsumsi rokok di dunia (RRC,AS,Jepang,Rusia).
         2006 : Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia.
         Asap rokok mengandung 4000 senyawa kimia, 200 diantaranya beracun, 43 diantaranya memicu kanker.
         75% remaja merokok karena salah satu atau kedua orang tua mereka adalah perokok.
         Di antara remaja perokok, 87% diantaranya mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok.
         Perkembangan kognisi remaja menuntut rasa keingintahuan yang menyebabkan remaja merokok.
Ø      Opini
         Merokok adalah menghisap asap tembakau yang di bakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar.
         Anak-anak dengan orang tua perokok cenderung akan merokok di kemudian hari.
         Semakin banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga, demikian pula sebaliknya.
         Kebutuhan untuk dapat diterima dalam sebuah kelompok, sering membuat remaja melakukan apa yang dilakukan kelompoknya, termasuk merokok.

5.         Kesimpulan
            Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, sehingga dapat dikatakan masa ini adalah masa pencarian jati diri.
             Kebiasaan merokok pada remaja ternyata memang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh lingkungan sekitar, seperti orang tua dan teman. Serta dapat muncul dari diri remaja sendiri, seperti rasa ingin tahu dan coba-coba.
            Meskipun masih ada faktor-faktor lain seperti kebutuhan pergaulan, jauh dari keluarga, dsb. Tapi faktor lingkungan tetap menjadi faktor yang paling utama dalam membentuk perilaku merokok pada remaja.

KORUPSI

BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Korupsi

            Ungkapan korupsi mulai populer sekitar akhir tahun 1997, menjelang kejatuhan Orde Baru. Memasyarakatnya istilah korupsi ini tidak dapat di pisahkan dari kenyataan dimana korupsi memang telah amat menjangkiti rezim Orde Baru.
           
            Secara etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang merupakan kata sifat dari kata kerja corrumpere yang bermakna menghancurkan (com memiliki arti intensif atau keseungguh-sungguhan, sedangkan rumpere memiliki arti merusak atau menghancurkan. Dengan gabungan kata tersebut, dapat ditarik sebuah arti secara harfiah bahwa korupsi adalah suatu tindakan menghancurkan yang dilakukan secara intensif.

            Di Indonesia, korupsi diartikan sebagi suatu penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Selain itu ada pula pengertian korupsi menurut beberapa ahli diantaranya :
1.    Huntington (1968) : korupsi adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.
2.    Nye, J.S. (1967) dalam “Corruption and political development” : korupsi adalah perilaku yang menyimpang dari aturan etis formal yang menyangkut tindakan seseorang dalam posisi otoritas publik yang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan, kekuasaan dan status.
3.    Eep Saefulloh Fatah (1998) : korupsi adalah penyelewengan uang negara untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga yang melampaui batas-batas yang dibuat oleh hukum.
4.    Waterbury (1994) : korupsi merupakan tingkah laku pejabat pemerintah yang melanggar batas-batas hukum untuk mengurus kepentingan sendiri dan merugikan orang lain.
5.    Kartono (1983) : korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
6.    Mochtar Mas’oed (1994) : korupsi adalah transaksi dimana satu pihak memberikan sesuatu yang berharga untuk memperoleh imbalan berupa pengaruh atas keputusan-keputusan pemerintah.

B.       Jenis-jenis Korupsi

            Amin Rais (1993), dalam sebuah makalah berjudul “Suksesi sebagai suatu Keharusan”, membagi jenis korupsi menjadi empat tipe, yaitu :
1.      Korupsi ekstortif (extortive corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada situasi di mana seseorang terpaksa menyogok agar dapat memperoleh sesuatu atau mendapatkan proteksi atas hak dan kebutuhannya. Misalnya, seorang pengusaha dengan sengaja memberikan sogokan pada pejabat tertentu agar bisa mendapat ijin usaha, perlindungan terhadap usaha sang penyogok, yang bisa bergerak dari ribuan sampai miliaran rupiah.
2.      Korupsi manipulatif (manipulative corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada usaha kotor seseorang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan atau keputusan pemerintah dalam rangka memperoleh keuntungan setinggi-tingginya. Misalnya pemberian uang kepada bupati, gubernur, menteri dan sebagainya agar peraturan yang dibuat dapat menguntungkan pihak tertentu yang memberikan uang tersebut Peraturan ini umumnya dapat merugikan masyarakat banyak.
3.      Korupsi nepotistik (nepotistic corruption), yaitu perlakuan istimewa yang diberikan pada keluarga : anak-anak, keponakan atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon. Dengan perlakuan istimewa itu para anak, menantu, keponakan dan istri sang pejabat juga mendapatkan keuntungan.
4.      Korupsi subversif (subversive cossuption), yaitu berupa pencurian terhadap kekayaan negara yang dilakukan oleh para pejabat negara dengan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya.

C.       Sebab-sebab Terjadinya Korupsi

            Korupsi dapat terjadi melalui 3 aspek, antara lain :

1.    Aspek Individu Pelaku

a.              Sifat tamak manusia
         
          Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orang orangnya miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.

b.             Moral yang kurang kuat  
             
         Seseorang yang moralnya tidak  kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.

c.       Penghasilan yang kurang mencukupi
        
         Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya.

d.      Kebutuhan hidup yang mendesak
        
         Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

e.       Gaya hidup yang konsumtif
        
         Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

f.       Malas atau tidak mau bekerja
        
         Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.

g.       Ajaran agama yang kurang diterapkan
         
          Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.

2.                               Aspek Organisasi

a.      Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
b.      Tidak adanya kultur organisasi yang benar
                     Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
c.       Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang memadai
         Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.
d.      Kelemahan sistim pengendalian manajemen
                     Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.
            e.       Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.
3.           Aspek Tempat Individu dan Organisasi Berada
a.       Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi
          Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.
b.       Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi
          Masyarakat masih kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu masyarakat. Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh korupsi itu adalah negara. Padahal bila negara rugi, yang rugi adalah masyarakat juga karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.
c.                Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi
   Setiap korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.

d.                Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas    bila masyarakat ikut aktif

   Pada umumnya masyarakat berpandangan masalah korupsi itu tanggung jawab pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.

e.                Aspek peraturan perundang-undangan

   Korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat mencakup adanya peraturan yang monopolistik yang hanya menguntungkan kroni penguasa, kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

D.      Sebab-sebab Lain

1.             Faktor manusia

Menurut pandangan ini, sebab utama terjadinya korupsi adalah karena faktor-faktor personal aparat, seperti : mentalitas aparat yang buruk, kemampuan kerja aparat yang kurang memadai, pendapatan aparat yang rendah, kemiskinan keluarga, dan faktor-faktor personal lainnya.




2.             Faktor lingkungan

Menurut pandangan ini, sebab utama terjadinya korupsi adalah faktor lingkungan yang kurang kondusif. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan politik, budaya, dan manajemen birokrasi, seperti berikut ini:
a.            Iklim politik yang dibangun dan dipertahankan berlandaskan jaringan dan loyalitas politik dengan imbalan material atau finansial atau kekuasaan (iklim politik patrimonial).
b.            Budaya dimana pengusaha cenderung menuntut upeti dari rakyat dengan sukarela memberikannya sebagai perwujudan kesetiaan kepada pengusaha (budaya feodal).
c.            Manajemen kekuasaan yang memberi keleluasaan berlangsungnya praktik korupsi. Lebih dari itu, manajemen kekuasaan (birokrasi) tersebut tidak melakukan upaya-upaya yang jelas dan tegas untuk mencegah serta memberantas praktik korupsi tersebut (sistem kekuasaan kleptokasi).

3.             Menurut Erry R. Hardjapamekas, kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
a.            Kurang keteladanan dan kepeminpinan elite bangsa.
b.            Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil.
c.            Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan.
d.            Rendahnya integritas dan profesionalisme.
e.            Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,keuangan, dan birokrasi belum mapan.
f.  Kondisi lingkungsn kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat.
g.            Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral, dan etika.

4.             Sebab timbulnya korupsi  berdasarkan tinjauan sosiologi

Timbulnya korupsi menurut Syed Hussein Alatas dalam bukunya Sosiologi Korupsi (LP3 ES, 1986) disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
   1.       Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu   memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi. Sebagai mana dalam peribahasa Cina dan Jepang, “ Dengan berhembusnya angin, melengkunglah buluh “.
2.       Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
3.       Kolonialisme. Suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung  korupsi.
4.       Kurangnya pendidikan.
5.       Kemiskinan.
6.       Tiadanya hukuman yang keras.
7.       Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi
8.       Struktur Pemerintahan
9.       Perubahan radikal. Tatkala suatu sistem mengalami perubahan radikal korupsi muncul sebagai suatu penyakit tradisional.

5.      Sebab timbulnya korupsi berdasarkan teori GONE

Ada pula yang menjelaskan bahwa korupsi disebabkan adanya 4 unsur yang dikenal dengan GONE,  yaitu :
1)      G – Greed  (keserakahan, ketamaan, kerakusan).
2)      O – Oppurtunity  (kesempatan).
3)      N – Need (kebutuhan).
4)      E – Exposure (pengungkapan, artinya kalau terungkap hukumannya ringan atau sama artinya dengan kelemahan hukum).