PENDAHULUAN
Hingga saat ini, gunung berapi masih merupakan misteri bagi manusia. Ilmu yang telah dicapai manusia tentang gunung berapi sangat sedikit sekali. Itupun hanya bagian luarnya saja.
Namun demikian, sebagai penduduk dari sebuah negeri yang dua pulau terbesarnya didominasi oleh deretan pegunungan berapi, tidak ada salahnya kalau kita mempelajari tentang gunung berapi ini. Bagaimana proses terbentuknya, mengapa ada gunung berapi yang aktif dan non aktif, mengapa ada letusan gunung berapi yang kecil dan ada yang besar, mengapa tanah di wilayah sekitar gunung berapi relatif subur, dan sebagainya.
Namun demikian, sebagai penduduk dari sebuah negeri yang dua pulau terbesarnya didominasi oleh deretan pegunungan berapi, tidak ada salahnya kalau kita mempelajari tentang gunung berapi ini. Bagaimana proses terbentuknya, mengapa ada gunung berapi yang aktif dan non aktif, mengapa ada letusan gunung berapi yang kecil dan ada yang besar, mengapa tanah di wilayah sekitar gunung berapi relatif subur, dan sebagainya.
Salah satu gunung berapi yang sangat aktif adalah gunung Merapi di Indonesia. Merapi (ketinggian puncak 2.968 m diatas permukaan laut) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).
Fenomena alam meletusnya gunung merapi tersebut dapat dikatakan bahwa gunung Merapi diibaratkan sebagai sebuah mata uang yang mempunyai dua sisi yang masing-masing berlawanan. Di satu sisi, gunung berapi bisa membuat tanah di sekitarnya sangat subur, tapi di sisi lain, gunung berapi bisa membuat bencana maha dahsyat.
ISI
Gambar puncak gunung Merapi
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di bumi Nusantara, sejarah mencatat setidaknya letusan gunung Merapi sudah terjadi sejak 1000 tahun lalu. Dan karena aktivitas Merapi lah yang mengakibatkan berpindahnya kebudayaan kerajaan Mataram kuno ke daerah Jawa Timur. Selain itu banyak desa dan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram Hindu maupun Budha tertimbun abu vulkanik Gunung Merapi, candi-candi tersebut berada di dusun-dusun seperti Kadisoka, Kedulan, dan Sambisari (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Selain itu letusan Gunung Merapi merubah wujud asli Candi Borobudur yang mulanya berada di tengah-tengah danau.
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. Karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika. Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.
Letusan-letusan kecil gunung Merapi terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tahun 1006 M, menurut Van Bemmelen (1949) Gunung Merapi pernah meletus. Akibat letusan ini sebagian puncak runtuh dan longsor ke arah barat daya, tertahan oleh Perbukitan Menoreh, kemudian membentuk gundukan-gundukan bukit yang dikenal sebagai Gendol Hills. Letusan di tahun ini menurut Wikipedia tercatat sebagai salah satu ledakan Gunung Merapi paling hebat membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram kuno harus berpindah ke Jawa Timur, karena tersapu lumpur, namun catatan Van Bemmelen ini masih banyak dipertentangkan dikalangan sejarahwan.
Sejarah mencatat sekitar abad 9-11 Masehi, Gunung Merapi kembali meletus. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban jiwa dalam letusan kali ini, diduga akibat letusan ini mengakibatkan candi-candi yang berada di kawasan sekitar Jawa Tengah bagian selatan terkubur akibat abu vulkanik ini. Di tahun 1672 M Gunung Merapi meletus, akibat letusan itu 3000 orang meninggal dunia. Gunung Merapi kembali meletus dahsyat di tahun 1786, di tahun ini tidak tercatat secara jelas jumlah korban yang tewas akibat ledakan tersebut. Pada tahun 1822, kembali Gunung Merapi meletus tercatat setidaknya 100 orang meninggal dunia. Hanya berselang 50 tahun tepatnya di tahun 1872, Gunung Merapi kembali menghamburkan abu vulkanik secara dahsyat akibatnya 200 orang meninggal dunia. Di tahun 1930 letusan hebat kembali terjadi, kali ini aliran lava, piroklastika, dan lahar hujan, mengguyur dan menghancurkan 13 desa akibatnya 1400 orang tewas akibat peristiwa alam ini.
Gambar Puncak Merapi pada tahun 1930 dan gambar letusan gunung Merapi
Saat meletus, gunung Merapi mengeluarkan material-material yang terdiri dari lava, tepra, dan gas. Jenis dan jumlah material yang dikeluarkan saat letusan, bergantung pada komposisi magma yang ada dalam gunung berapi tersebut.
Batuan pijar meleleh yang terdapat di dalam perut bumi disebut dengan magma. Magma yang keluar dari gunung berapi saat terjadi letusan, disebut dengan lava. Bila magma bersifat cair (fluid), maka lava yang dihasilkannya akan mengalir dengan cepat di permukaan lereng gunung. Sambil mengalir, lava ini mendingin, dan akhirnya menjadi batuan beku dan membentuk kubah lava baru.
Tepra disebut juga dengan material piroklastik (pyroclastic material). Gunung berapi yang memiliki kandungan magma yang kental (sticky), bila terjadi letusan yang eksplosif, akan menghasilkan aliran piroklastik (pyroclastic flow), atau di Indonesia biasa dikenal dengan istilah wedus gembel. Wedus gembel merupakan awan panas yang tersusun dari batu, debu, bara, dan gas, mengalir menuruni lereng gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi, mencapai 300 km/jam. Ini kira-kira 2 kali kecepatan maksimal mobil sedan di jalan Tol. Semua benda yang dilaluinya akan hangus terbakar dan hancur.
Gas yang dihasilkan pada letusan gunung berapi baik yang eksplosif maupun non eksplosif, biasanya dalam bentuk uap. Pelepasan gas yang tiba-tiba dengan tekanan yang sangat tinggi inilah yang menyebabkan terjadinya letusan. Gas yang banyak terkandung dalam gunung berapi antara lain adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan sulfur dioksida (SO2); sedangkan gas lainnya dalam jumlah kecil adalah Klorin (CL) dan Fluorin (F).
Gambar gunung Merapi mengeluarkan semburan panas (wedus gembel)
Selain mengeluarkan lava dan batu-batuan besar saat meletus, gunung Merapi umumnya juga menyemburkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke atmosfer. Abu vulkanik mengandung silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah. Abu vulkanik dari gunung Merapi terbawa angin ke berbagai arah hingga banyak membahayakan warga sekitar, terutama pada kesehatan. Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik, yaitu bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Gambar abu vulkanik Merapi yang diperbesar
Abu vulkanik Merapi Abu biasa
Gambar perbandingan abu vulkanik Merapi dengan abu dari debu biasa
Kandungan dalam abu vulkanik terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus gembel. Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya paru-paru. Saat menyerang pernapasan, dampak yang terjadi pun bisa beragam. Misalnya saja saat menyerang kepada orang yang sebelumnya sehat, maka bergantung seberapa besar debu itu menyerang seseorang.
Posisi juga menentukan seberapa besar abu tersebut masuk ke dalam pernapasan kita. Jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi, bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.
Apabila abu vulkanik tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan panas, maka bisa menyebabkan terjadinya hujan asam yang juga membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan.
Gambar abu vulkanik Merapi yang telah menyebar
Abu vulkanik sangat mengganggu kesehatan manusia terkait dengan berbagai hal, terutama paru, mata, dan kulit. Secara umum, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam. Iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Namun jika fasenya lebih lanjut, maka bisa menyebabkan sakit tenggorokan, timbunan dahak, sesak napas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila seseorang sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit pernapasan. Akibat lanjutan dari iritasi saluran napas yang terjadi adalah meningkatnya risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang, bisa terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang berisiko terjadinya silikosis.
Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit bisa terbakar karena abu vulkanik.
Akibat yang ditimbulkan dari letusan gunung Merapi tidak hanya dirasakan oleh manusia saja, peristiwa tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem. Misalnya, di hutan sekitar gunung Merapi banyak hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup lainnya yang hidup di sana. Wedus gembel yang turun dari puncak Merapi akan melewati hutan dan merusak ekosistem hutan di wilayah sekitar Merapi. Selain itu, lelehan lahar dingin juga bisa merusak ekosistem sungai meskipun manusia bisa memanfaatkan sisa pasir dari lahar dingin tersebut.
Banyak korban yang meninggal karena letusan gunung Merapi, banyak yang kehilangan rumah, ternak, dan lapangan pekerjaan. Tanah yang sebelumnya subur berubah menjadi lahan tandus yang gersang dan panas. Tak ada satu pohonpun yang tersisa yang dapat tumbuh.
Gambar suasana setelah terjadi letusan gunung Merapi
PENUTUP
Kesimpulan :
a. Gunung Merapi adalah salah satu gunung yang sangat aktif di Indonesia dan apabila meletus akan menimbulkan banyak kerugian tidak hanya bagi makhluk hidup di sekitar Merapi tetapi juga bagi orang lain.
b. Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. Karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika. Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.
c. Letusan-letusan kecil gunung Merapi terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
d. Abu vulkanik yang ditimbulkan dari letusan gunung Merapi sangat berbahaya bagi makhluk hidup, karena abu vulkanik mengandung silika, mineral, dan bebatuan serta permukaannya yang tajam. Apabila kita terus menghirup abu vulkanik, maka dapat terjadi gangguan pernapasan pada paru-paru, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), juga dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Dan yang paling parah adalah menimbulkan kematian.
e. Dampak dari letusan gunung Merapi adalah rusaknya ekosistem di sekitar Merapi. Terjadi kerusakan ekosistem hutan, sungai, dan udara. Selain itu juga menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi manusia atau masyarakat yang tinggal di lereng Merapi. Banyak masyarakat yang kehilangan rumah, hewan ternak, kehilangan lapangan pekerjaan, dan juga kehilangan sanak saudara karena menjadi koban letusan Merapi.
DAFTAR PUSTAKA
http://Letusan Gunung Berapi (Volcanic Eruption) « fadil hanafi's Blog.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar