Daftar isi
Halaman Judul
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan CBSA
B. Rasionalisasi CBSA dalam Pembelajaran
C. Kadar CBSA dalam Pembelajaran
D. Prinsip-prinsip CBSA
E. Hakikat dan Rambu-rambu Penyelenggaraan CBSA
F. Penerapan CBSA
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.
Guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang adapat merangsang siswa untuk mengembangkan diri dan kemampuan serta potensi yang dimilikinya. Melalui kegiatan pembelajaran yang menarik dan inovatif, guru dapat membelajarkan siswa sehingga bisa mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ).
B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Memberikan gambaran dan penjelasan tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ).
b. Memberikan gambaran dan penjelasan tentang penerapan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ) dalam pembelajaran di dunia pendidikan terutama sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan CBSA
Pendekatan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ) dapat di artikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual – emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila di perlukan. Pelibatan intelektual – emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, di arahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
B. Rasionalisasi CBSA dalam Pembelajaran
Kita telah memasuki ambang ‘masyarakat belajar’, yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan masa seumur hidup. John Dewey (1916 ) menyatakan bahwa, belajar menyangkut apa yang harus di kerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus dating dari murid-murid sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah.
Sedangkan Gage dan Berliner mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.
Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan dan terlibat secara pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka butuhkan.
Apabila kondisi proses pembelajaran yang memaksimalakan peran dan keterlibatan guru serta meminimalkan peran dan keterlibatan siswa terjadi pada pendidikan dasar, termasuk pada sekolah dasar akan mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pendidikan dasar yakni meletakkan dasar yang dapat di pakai sebagai batu loncatan untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi, disamping kemampuan dan kemauan untuk belajar terus menerus sepanjang hayatnya.
C. Kadar CBSA dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran CBSA terdapat rentangan derajat/kadar yang disebabkan adanya kecenderungan peristiwa pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. CBSA akan lebih banyak menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi pada siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung berorientasi pada guru.
Mc Keachie mengemukakan 6 dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar dalam CBSA, antara lain :
1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.
4. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.
5. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting kehidupan sekolah.
6. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembealajaran.
Raka Joni (1992) mengungkapkan bahwa sekolah yang menerapkan CBSA dengan baik memiliki karakteristik antara lain :
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secaara utuh dan setimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
5. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan berbahasa, social, matematika, IPA, dan keterampilan lainnya, srta mengukur hasil belajar siswa.
Lindgren mengemukakan 4 kemungkinan interaksi pembelajaran, yaitu :
1. Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima pesan.
2. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh balikan dari siswa.
3. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru mendapat balikan dari siswa. Dan siswa dengan siswa, dimana siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu denagan yang lain.
4. Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
D. Prinsip-prinsip CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik intelektual, emosional, maupun fisik.
Prinsip-prinsip CBSA nampak pada 4 dimensi berikut :
1. Dimensi subjek didik, meliputi :
c. Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat, serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar – mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluaarkan pendapat.
d. Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini terwujud apabila guru bersikap demokratis.
e. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
f. Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun termasuk guru.
2. Dimensi guru, meliputi :
a. Adanya usaha dari guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan semangat serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-menagajar.
b. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai ainovator dan motivator.
c. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
d. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
e. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
3. Dimensi program, meliputi :
a. Tujuan instruksional, konsep, serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat, serta kemampuan siswa. Merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan guru.
b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
c. Program yang fleksibel (luwes), disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4. Dimensi situasi belajar – mengajar, meliputi :
a. Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, dan bersahabat antar guru dengan siswa maupun antar siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
b. Adanya suasana gembira dan bersemangata pada diri siswa adalam proses belajar-mengajar.
E. Hakikat dan Rambu-rambu Penyelenggaraan CBSA
Hakikat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya :
1. Proses asimilasi / pengalaman kognitif
yaitu memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
2. Proses perbuatan / pengalaman langsung
yaitu memungkinkan terbentuknya keterampilan.
3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai
yaitu memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
Sedangkan yang diamaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampaka pada perilakau siswa dan guru baik dalam program maupun proses pembelajaran. Rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.
2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4. Usaha dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
7. Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa.
8. Kualitas guru sebagai innovator dan fasilitator.
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
11. Ketertarikan guru terhadap program pembelajaran.
12. Variasi interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
F. Penerapan CBSA
Dalam menerapkan konsep pembelajaran CBSA, ada beberapa konsekuensi yang harus diterima. Menurut Gale (1975), konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa antara lain :
1. Guru merupakan seorang pengelola dan perancang dari pengalaman belajar.
2. Guru dan siswa menerima peran kerjasama (partnership).
3. Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4. Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar .
5. Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6. Tujuan ditulis scara jelas.
7. Semua tujuan diukur/di tes.
Menurut Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar CBSA dan kebermaknaan suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan, yaitu :
1. Kebermaknaan bahan dan/atau proses pembelajaran.
2. Modus-modus pembelajaran. Contoh-contoh modus pembelajaran yaitu :
a. Tabel perkalian, termasuk belajar reseptif yang menyajikan informasi untuk dihapalkan oleh siswa tanpa tuntutan bagi siswa untuk memahaminya.
b. Penerapan formula (rumus) untuk pemecahan masalah, termasuk belajar dengan penemuan terbimbing yang menuntut siswa menghapalkan bagaimana menerapkan suatu formula untuk memecahkan masalah.
c. Pemecahan “teka-teki” dengan coba-salah, termasuk belajar dengan penemuan mandiri yang kurang bermakna karena siswa menghapal tanpa pemahaman.
d. Kerja laboratoris sekolah, termasuk belajar dengan penemuan terbimbing.
e. Ceramah atau penyajian buku teks pada umumnya.
f. “Penelitian” atau hasil intelektual rutin pada umumnya, merupakan modus belajar dengan penemuan mandiri yang kebermaknaannya sama dengan ceramah.
g. Klasifikasi keterhubungan antar konsep, yaitu modus belajar reseptif yang penuh kebermaknaan dan paling bermakna dibandingkan dengan modus belajar reseptif yang lain.
h. Pembelajaran audio-tutorial yang dirancang dengan baik, merupakan modus belajar dengan penemuan terbimbing yang paling bermakna dibandingkan dengan modus belajar dengan penemuan terbimbing yang lain.
i. Penelitian ilmiah, merupakan modus belajar dengan penemuan mandiri yang paling bermakna dibandingkan dengan modus belajar dengan penemuan mandiri yang lain.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran yang meliputi :
1. Karakteristik tujuan,
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
2. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi,
yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutaan, dan cara mempelajarinya.
3. Karakteristik siswa,
mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain.
4. Karakteristik lingkungsn/setting pembelajaran,
mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5. Karakteristik guru,
meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman kependidikannya, dan yang lain.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Belajar merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang perorang sebagai satu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetaahuan, keterampilan, dan sikapnya.
b. Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, krisis, tanggap, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya.
c. Dengan penerapan CBSA, guru diharapkan bekerja secara professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prindip didaktif metodik yang berdaya guna dan verhasil guna (efisien dan efektif). Artinya, guru dapat merekayasa system pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif.
d. Proses pembelajaran yang optimal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran.
e. Kadar CBSA bergantung pada dan di pengaruhi oleh keaktifan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Keaktifan siswa diharapkan menampak secara nyata terutama pada saat pelaksanaan proses pembelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok.
B. Saran
a. Guru hendaknya tidak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa. Guru hendaknya mengajar untuk membelajarkan siswa dalam konteks belajar bagaimana belajar mencari, menemukan, dan meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
b. Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA yang tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik pembelajaran atau system penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya.
c. Dalam pemanfaatan teknik pembelajaran hendaknya bersesuaian dengan karakteristik siswa, karakteristik guru, karakteristik tujuan, karakteristik mata pelajaran/bidang studi, dan karakteristik bahan alat pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Cbsa memang luar biasa hasilnya. Siswa selalu dirangsang secara motorik otaknya, sehingga lebih aktif. Tinggal guru mensuportnya dan mengarahkan.
BalasHapus