PUISI
1
CINTAKU JAUH DI PULAU
Oleh Chairil Anwar
Cintaku
jauh di pulau,
Gadis
manis, sekarang iseng sendiri
Perahu
melancar, bulan memancar,
Di
leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar.
Angin
membantu, laut terang, tapi terasa
Aku
tidak ‘kan sampai padanya.
Di
air yang tenang, di angin mendayu,
Di
perasaan penghabisan segala melaju
Ajal
bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan
perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi!
Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu
yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa
ajal memanggil dulu
Sebelum
sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku
jauh di pulau,
Kalau
‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
APRESIASI PUISI
@ Tema: Cinta,
Perjuangan, Perpisahan
@ Bait:
·
Bait I
Pada
bait I, menceritakan tokoh ‘aku’ yang memiliki seorang kekasih (gadis manis).
Sang kekasih berada di tempat yang jauh dari tokoh ‘aku’. Terlihat dari larik
pertama yaitu “Cintaku jauh di pulau”. Larik kedua menggambarkan keadaan sang
kekasih yang tengah sendiri melakukan berbagai hal dan menghabiskan waktu tanpa
kehadiran tokoh ‘aku’.
·
Bait II
Pada
bait ke-II, menceritakan perjuangan tokoh ‘aku’ yang hendak menemui si ‘gadis
manis’. Tokoh ‘aku’ menaiki perahu dengan suasana malam yang indah yang
tergambar dari kata ‘bulan memancar’. Dengan membawa rasa rindu, tokoh ‘aku’
berjuang melewati lautan untuk sampai di pulau tempat si ‘gadis manis’ berada.
Akan tetapi tokoh ‘aku’ merasa bahwa dirinya tidak akan sampai pada tempat yang
dituju.
·
Bait III
Pada
bait ke-III, menceritakan kegelisahan tokoh ‘aku’ yang berharap dapat bertemu
dengan pujaan hati. Meskipun air laut bergerak pelan dengan angin yang mendayu,
tokoh ‘aku’ merasa bahwa ajal akan datang menjemputnya.
·
Bait IV
Pada
bait ke-IV, menceritakan kekecewaan tokoh ‘aku’ yang telah bertahun-tahun
berlayar untuk menemui sang ‘gadis manis’. Hingga perahu yang dinaikinya rusak,
tokoh aku belum bisa menemui sang pujaan hati yang berada jauh di pulau karena
ajal telah terlebih dahulu datang menjemput tokoh ‘aku’.
·
Bait V
Pada
bait ke-V, menceritakan kekhawatiran tokoh ‘aku’ kepada si ‘gadis manis’. Tokoh
‘aku’ khawatir jikalau si ‘gadis manis’ yang tidak tahu kabar meninggalnya tokoh ‘aku’ akan tetap
setia menunggu hingga ajal menjemputnya dalam penantian yang sia-sia.
@ Pilihan Kata:
Kata-kata yang digunakan dalam puisi
‘Cintaku jauh di pulau’ adalah kata-kata yang sederhana dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga pembaca tidak mengalami kesulitan dalam memahami kata yang ada dalam
puisi tersebut.
Suasana yang diungkapkan dalam puisi
tersebut adalah suasana hati yang gelisah, kecewa, dan takut. Selain itu juga
mengekspresikan kerinduan yang sangat dalam serta perjuangan yang dilakukan
oleh tokoh ‘aku’ untuk bertemu dengan si ‘gadis manis’. Puisi ini diekspresikan
dengan pilihan kata yang tepat dan tidak terlalu sukar dipahami oleh pembaca.
Sehingga puisi ini dapat membawa pembaca larut untuk merasakan dan membayangkan
kejadian yang diceritakan dalam puisi tersebut.
@ Daya Bayang:
Daya bayang yang diungkapkan pengarang
dalam puisi ini adalah sepasang kekasih yang terpisah jarak yang sangat jauh
sehingga diperlukan perjuangan bagi sang pria untuk menemui sang pujaan hati. Tanpa
memperdulikan waktu yang terus berjalan, sang pria tetap berjuang meskipun pada
akhirnya usaha yang dilakukan menjadi sia-sia karena ajal telah datang menjemput
sebelum dapat bertemu dengan pujaan hati.
Selain itu dalam puisi ini juga
menggunakan kata yang menimbulkan pencitraan. Misalnya ‘perahu melancar’,
‘bulan memancar’ dan ‘air yang tenang’. Hal tersebut hanya dapat dilihat dengan
indra penglihatan. Pencitraan rabaan misalnya ‘di leher kukalungkan oleh-oleh’
dan ‘berpeluk dengan cintaku’.
@ Gaya Bahasa:
Menggunakan
majas/bahasa kiasan, antara lain:
@ Personifikasi,
yaitu gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup.
Misalnya:
·
Angin membantu
·
Laut terang
·
Air yang tenang
·
Angin mendayu
·
Ajal bertakhta, sambil berkata
·
Ajal memanggil
@ Hiperbol,
yaitu gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan. Misalnya:
·
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
·
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
·
Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
@ Persamaan Bunyi:
Persamaan bunyi yang digunakan adalah
asonansi dan aliterasi. Asonansi yaitu jika persamaan bunyi itu berupa vokal
yang berjarak dekat, sedangkan yang berupa konsonan disebut aliterasi.
·
Bait I menggunakan asonansi vokal /u/
dan /i/.
· Bait
II baris 1 dan 2 menggunakan aliterasi konsonan /r/ sedangkan baris 3 dan 4
menggunakan asonansi vokal /a/.
· Bait
III baris 1 dan 2 menggunakan asonansi vokal /u/ sedangkan baris 3 dan 4
menggunakan asonansi vokal /a/.
· Bait
IV baris 1 dan 2 menggunakan aliterasi konsonan /h/ sedangkan baris 3 dan 4
menggunakan asonansi vokal /u/.
· Bait
V menggunakan asonansi vokal /u/ dan /i/.
@ Pesan:
Pesan yang diungkapkan adalah: jika kita
memiliki cita-cita atau tujuan dalam hidup kita, berjuanglah untuk meraihnya.
Berbagai rintangan yang datang harus kita hadapi. Perjuangan yang dilakukan jangan
sampai berhenti dengan sia-sia. Jika yang kita inginkan belum dapat dicapai,
teruslah berjuang. Perjuangan kita tidak boleh berhenti di tengah jalan karena
yang bisa menghentikannya hanyalah kematian.
PUISI 2
NASEHAT-NASEHAT KECIL ORANG TUA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Oleh Taufik Ismail
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
APRESIASI PUISI:
@ Tema: Nasihat
@ Bait:
Bait puisi tersebut menceritakan tentang
pesan-pesan dan nasihat dari orang tua kepada anaknya. Orang tua yang
senantiasa mengingatkan anaknya untuk tetap berbuat kebaikan dimanapun berada.
Agar anak yang tersayang tetap berada di jalan yang lurus dan senantiasa ingat
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan sampai akhir hidup, keinginan orang tua
tetap agar anaknya mati dalam keadaan syahid.
@ Pilihan Kata:
Kata-kata yang digunakan dalam puisi
tersebut adalah kata-kata yang sederhana. Pilihan kata yang umum dalam
kehidupan sehari-hari dan sarat akan makna. Sehingga dalam memahami isi puisi
tersebut, tidak akan ditemukan kesulitan yang berarti.
@ Daya Bayang:
Daya bayang puisi tersebut adalah kisah
orang tua yang selalu menasehati anaknya untuk tetap berbuat kebaikan. Penulis
berusaha menyampaikan bahwa siapapun yang menjadi orang tua akan menyampaikan
hal yang sama kepada anaknya. Puisi tersebut membawa pembaca dalam perasaan
damai, setiap kata yang dituliskan menggambarkan ketulusan orang tua yang
senantiasa mengarahkan anaknya untuk menjalani kehidupan pada jalan yang benar.
@ Gaya Bahasa:
Gaya bahasa yang digunakan adalah majas
hiperbol, yaitu yaitu gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan.
Misalnya: “segala pohon-pohon kezaliman”.
@ Persamaan Bunyi:
Persamaan bunyi yang menonjol adalah
aliterasi konsonan /n/ yang sebagian besar mendominasi disetiap akhir baris.
@ Pesan:
Pesan yang diungkapkan adalah: sebagai
seorang anak hendaknya kita mendengarkan setiap nasihat yang disampaikan oleh
orang tua. Karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk
anaknya. Patuhilah setiap perkataan orang tua karena perkataan orang tua adalah
doa. Jadikan nasihat orang tua sebagai pegangan dalam menjalani hidup agar
hidup damai, tenteram, dan senantiasa diberkahi Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Sayuti,
Sumionto A. 2003. Berkenalan Dengan Puisi.
Yogyakarta: GAMA MEDIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar